Inside Us Lives A KILLERS.
Ratings : 7.7/10 (http://www.imdb.com/title/tt2409300/)
Genre : Psychological, Thriller
Runtime : 137 min
Release Date : 20 January 2014 (USA), 1 February 2014 (Japan), 6 February 2014 (Indonesia)
Directors : Kimo Stamboel, Timo Tjahjanto
Writers : Takuji Ushiyama (original story), Timo Tjahjanto (story)
Stars : Luna Maya, Oka Antara, Rin Takanashi, Kazuki Kitamura
Genre : Psychological, Thriller
Runtime : 137 min
Release Date : 20 January 2014 (USA), 1 February 2014 (Japan), 6 February 2014 (Indonesia)
Directors : Kimo Stamboel, Timo Tjahjanto
Writers : Takuji Ushiyama (original story), Timo Tjahjanto (story)
Stars : Luna Maya, Oka Antara, Rin Takanashi, Kazuki Kitamura
"Mr. Nomura is an eerily handsome, sharply dressed, sociopathic serial killer who preys on the women of Tokyo. In Jakarta, a world-weary journalist named Bayu finds himself unexpectedly falling into vigilantism after brutally killing two sadistic robbers. When each posts videos of his violent sprees online, the pair find one another on the Internet and begin a toxic and competitive duel. While Bayu clings to the hope that he can resume a normal life, Nomura continues to spill blood without remorse. Killing, advises Nomura, is something everyone ought to consider."
*
Membaca judul film dan sederetan nama aktor (dan aktris) yang mengisi film Killers membuat saya tertarik untuk mengikuti ajakan Merry, teman seangkatan di jurusan Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ) UPI, untuk menonton film Jepang-Indonesia ini. Saya bahkan rela membuang waktu libur yang berharga (hari Selasa saya nggak ada jadwal mengajar) dan rela menunda pembuatan RPP (sebaiknya kalian jangan meniru tindakan ini, karena menunda pekerjaan itu bukan tindakan baik) demi menonton aksi Kazuki Kitamura, satu dari sekian aktor Jepang kesukaan saya. Adapun lokasi menontonnya jatuh pada Blitz Megaplex Paris Van Java (PVJ), Bandung.
Dua puluh menit pertama dari film ini sangat memuaskan saya. Akting dan ekspresi Nomura Shuuhei (Kazuki Kitamura) yang ciamik, dan emosi Bayu Aditya (Oka Antara) yang mampu mengajak saya untuk ikutan marah-marah ini sangat... keren. Sayangnya, 107 menit berikutnya saya habiskan dengan menguap, garuk-garuk kepala yang tidak gatal, dan sesekali gemas ingin ikut aksi bunuh-bunuhan mereka berdua.
Sini, mendekat padaku. |
Well, uh, abaikan saja pernyataan yang terakhir itu. Saya memang gemas, tangan saya berkali-kali mengepal, kedua bola mata berlarian liar, tapi saya nggak bersungguh-sungguh ingin mengikuti aksi bunuh-membunuh itu. Seriusan, deh.
Yang Saya Harapkan...
Dengan embel-embel genre psychological-thriller (yang merupakan genre favorit saya), apalagi dengan nama-nama seperti Kazuki Kitamura, Oka Antara, juga om Ray Sahetapy sebagai bonus, tadinya saya berharap akan disuguhi sebuah film yang mendebarkan jiwa dan unsur psikologi kriminal yang kental. Ketika saya membaca kalimat "In Jakarta, a world-weary journalist named Bayu finds himself unexpectedly falling into vigilantism ", sebenarnya saya berharap ada perubahan emosi yang naik-turun secara drastis, juga kepribadian yang lebih gelap dan dingin dari Bayu. Saya juga berharap ada kejelasan mengapa Nomura hanya mengincar wanita sebagai korbannya (walau pada akhirnya ia juga membunuh Ahmad, "rekan kerja"nya Midori).
Yang Saya Dapatkan...
...adalah sebuah film dengan aksi-aksi (yang sepertinya) tipikal Mo Brothers, yang penuh dengan teriakan dan penampakan adegan pembunuhan yang lumayan sadis. Kosakata umpatan yang tidak perlu, penggunaan bahasa yang (menurut saya) kurang konsisten dan kurang pas, dan tingkah Bayu yang lembek juga membuat saya berulang kali garuk-garuk kepala. Juga adanya plot hole (atau sebenarnya bukan?) di sana-sini, dan ketidakjelasan apakah sebenarnya Robert (Epy Kusnandar), pengacara Dharma (Ray Sahetapy) adalah seorang pedofil tulen atau berembel-embel pedofil sekaligus homo (karena sang korban hanya digambarkan dari belakang, melalui gambaran punggung yang terluka dan rambut pendek). Oke, pernyataan terakhir itu benar-benar membuat saya penasaran. Dan saya butuh penjelasan.
Ah, saya jadi kepikiran. Apakah semua ketidakpuasan ini bersumber dari Killers versi Indonesia yang merupakan Killers versi editan, yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa lolos sensor?
"There are a few differences between the Indonesian theatrical version with the Japanese and International theatrical version. The Indonesian version has been edited, with a mild violance and nudity scene being deleted or softed due to the graphic nature. In the Japanese and International theatrical version, which does contain those scenes edited from the Indonesian version, showing a brave and unimportant scenes added in their stead." --Wikipedia
Ah, nggak ngerti, lah. Pokoknya film yang jatuhnya jadi serba nanggung ini belum memuaskan dahaga saya sebagai pecinta genre psychological-thiller. Mungkin nanti saya mau coba menonton Killers yang bukan versi Indonesia.
Oh iya, bagi kalian yang belum menonton dan penasaran seperti apa cuplikan film Killers, berikut adalah official trailer dari film Killers:
__________________________________________________
Artikel Terkait:
Oh iya, bagi kalian yang belum menonton dan penasaran seperti apa cuplikan film Killers, berikut adalah official trailer dari film Killers:
__________________________________________________
Artikel Terkait:
- Sundance 2014 Review: KILLERS (http://twitchfilm.com/2014/01/sundance-2014-review-killers.html), (http://www.joblo.com/horror-movies/news/killers-sundance-2014-review).
- Most Disturbing Film at Sundance - KILLERS (http://geektyrant.com/news/review-for-the-most-disturbing-film-at-sundance-killers).
- KILLERS Questions With Timo Tjahjanto (Director), Kitamura Kazuki And Takanashi Rin (Stars) (http://twitchfilm.com/2014/01/killers-questions-with-director-timo-tjahjanto-and-stars-kitamura-kazuki-and-takanashi-rin.html)
Comments
Post a Comment