Skip to main content

Never Let Me Go

Setelah berulang kali gagal nonton, akhirnya dua hari yang lalu saya berhasil nonton Never Let Me Go sampai tuntas! Yay!

NEVER LET ME GO

 Ratings: 7.1/10 from 76,022 users 
(http://www.imdb.com/title/tt1334260/)

Released Date : 15 September 2010
Genre : Drama | Romance | Sci-fi 
Running time: 1 hour 43 minutes
(MPAA) Rate : R
Directed by Mark Romanek; written by Alex Garland, based on the novel by Kazuo Ishiguro; director of photography, Adam Kimmel; edited by Barney Pilling; music by Rachel Portman; production designer, Mark Digby; costumes by Rachael Fleming and Steven Noble; produced by Andrew MacDonald and Allon Reich; released by Fox Searchlight Pictures (New York Times, 2010).

Awalnya saya tertarik untuk nonton film ini karena ada Keira Knightley. Sama sekali nggak tahu kalau ceritanya bergenre drama, apalagi ada bumbu sci-fi. Saya juga nggak ngeh kalau film ini diangkat dari novel Never Let Me Go-nya Kazuo Ishiguro. Seriusan.

Kath, Tommy, and their touchy moment
Film ini memusatkan ceritanya pada tiga anak manusia; Kath (Carrey Mulligan), Ruth (Keira Knightley), dan Tommy (Andrew Garfield) yang sedari kecil menghabiskan waktunya di sekolah asrama Hailsham, terasing dari dunia luar dan menjalani hidup sebagai "anak spesial". Mereka begitu terasing sampai-sampai harus mengadakan roleplay di kelas mengenai tata cara memesan minuman di kafe. Mereka begitu terasing sampai-sampai-- ah sudahlah, kisah mereka ketika di sekolah pokoknya nggak indah. Kecuali romansa antara si kecil Kath dan Tommy.

Butuh waktu beberapa menit untuk menyadari mereka bertiga--dan para siswa di sekolah asrama tersebut adalah anak kloningan, yang organ tubuhnya akan didonorkan pada sang original ketika mereka beranjak dewasa. 

Dan karena tokoh utamanya terdiri dari dua orang perempuan dan seorang laki-laki, bukannya tidak mungkin kisah ini dibumbui dengan kisah cinta segitiga. Dan memang begitulah kenyataannya. Kath menyukai Tommy, Tommy menyukai Kath, tapi Ruth-lah yang berpacaran dengan Tommy.


Film ini sebenernya nggak jelek-jelek amat, tapi bagi saya pribadi, film ini bukan jenis film yang akan saya tonton berulang kali. Akting para pemainnya lumayan, sih. Emosimu akan naik turun seperti emosi Kath. Keira Knightley juga sangat pas membawakan sosok frenemy dalam dunia cinta segitiga. Tapi, apa ya, menurut saya film ini lack of feeling. Konfliknya juga gitu-gitu aja. Predictable.

Selama menonton film ini, saya merasa harus bertanya beberapa hal. Dan pada akhirnya saya harus mengamini pendapat Trevor Synder. Dalam reviewnya, ia menulis:
My only problem was having a hard time accepting the overall logic of how these clones are raised. I mean, let’s say you were in charge of this program, to breed clones that are solely meant to one day be walking organ farms. Why would you even bother giving them a fancy, boarding school education? Why would you later move them to a little community of cottages, and actually allow them to drive into town and interact with society? You’re essentially setting yourself up for some sort of rebellion later this way, aren’t you?
 Dan ada beberapa pertanyaan yang masih harus saya tanyakan, entah pada siapa.

  1. Fungsi sebenarnya dari galeri di Hailsham. Sebenarnya ini dijelasin juga di film, tapi saya masih butuh orang yang bisa memberikan penjelasan yang bisa diterima dengan mudah oleh otak saya.
  2. Kalau mereka hanya sekedar kumpulan daging yang menyediakan organnya didonasikan, mengapa harus mereka sendiri yang sibuk mendaftarkan diri? Kalau saya jadi mereka, saya nggak akan mau mendaftarkan diri. Saya lebih memilih untuk menjalani kehidupan sebagai pribadi yang bebas, yang nggak perlu takut mati ketika mendonorkan organnya untuk pertama kali.
Saya lupa mau nanya apa lagi. Haha.

Oh iya, ada satu drama Jepang yang langsung terlintas di benak saya saat saya nonton film ini. Judul dramanya Clone Baby. Berjumlah 11 episode, drama ini dibintangi Matsuzaka Tori dan unsur sci-finya lebih kental dari unsur drama romancenya. 

Comments