Skip to main content

[Fanfiksi] Pelajaran Cakra


Yamashita Misaki, si bocah soul dari asrama Sunrise nampak memasuki ruang kelas Cakra dengan langkah penuh semangat. Sesekali ia bersenandung riang—nampaknya moodnya sedang bagus malam ini.

“Benkyou~Benkyou~Ben—♪“ senandungnya terhenti saat ia melihat sudah ada WKA—sang pemberi materi—sudah duduk manis di tempatnya. Ia juga melihat sudah ada beberapa siswa—yang belum ia kenali semuanya—sudah anteng di tempatnya masing-masing.

Sedikit membungkukkan badan sebagai bentuk salam, ia memasuki ruangan dan mengambil tempat duduk di bangku deretan ketiga. Ia baru menghempaskan bokongnya ketika ia melihat peraturan yang ada di papan tulis. 

Peraturan
1. Dilarang bertanya jika tidak disuruh.
2. Tidak boleh ramai, cerewet, dan kepo. Diam dan perhatikan baik-baik.
3. Yang terlambat langsung ikuti pelajaran tanpa berisik meminta maaf.

“Uuu, peraturan yang awesome.” Sebuah ujaran pelan meluncur dari bibir gadis kecil ini. Ia tidak tahu apa itu kepo, tapi setidaknya ia mengerti poin-poin lainnya. Oh, nampaknya kelas malam ini akan menganut pendekatan teacher centered, batin Misaki.

Selang beberapa menit, kelas dimulai.

“Selamat malam, kurasa kalian paham dengan apa yang kutulis itu. Pelajaran kita mulai,” sang WKA membuka proses pembelajaran tanpa basa-basi. Dilihatnya WKA bangkit dari tempat duduknya lalu menuju depan kelas. “"Cakra adalah titik pusat energi yang ada di dalam tubuh bioplasmik manusia. Ada yang tahu ada berapa titik cakra?"

Misaki menggeleng. Mana dia tahu berapa jumlah titik cakra? Ketika ia mendengar kata ‘Cakra’, memorinya malah mengarah ke Cakra Khan, penyanyi yang beberapa waktu lalu sempat ngetren di negeri zamrud khatulistiwa. Dengan iseng ia mengedarkan pandang ke penjuru kelas, ingin melihat apakah ada jawaban yang dicari WKA. Oh, rupanya ada seorang siswi yang mencoba menjawab.
“Ada... tujuh...” ucap siswi itu, sementara matanya menatap WKA.

"Baiklah, ada tujuh titik cakra, bumi, air, api, angin, suara, cahaya dan mahkota. Tapi disini kalian hanya akan mempelajari empat cakra, sesuai level kalian." jelas WKA sambil melihat beberapa murid yang baru datang.

Pertanyaan mulai bermunculan. Misaki bertanya-tanya seperti apa cakra mahkota, dan mengapa para pembelajar hanya mempelajari empat cakra, juga level apa yang dimaksud oleh WKA. Tapi pertanyaan hanya sekedar pertanyaan, semuanya masih tersimpan karena WKA langsung melanjutkan penjelasan, "Setiap makhluk memiliki cakra, dan untuk mengaktifkan cakra itu kalian harus memahami potensi diri kalian dan mengetahui kelemahan masing-masing."

Konsentrasinya mulai buyar. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan namun tak akan bisa tersampaikan mengingat peraturan yang sudah terpampang di papan. Secara tak sengaja, ia mendengar seseorang bertanya dalam volume pelan. “Ya! Mana yang lainnya?"
Itu... suaranya Jasmine Woo, ya?

Misaki mendongakkan kepala, mendapati satu dari empat teman kelompok Cakranya tengah bertanya pada... Dravia Lee? Oalah, ternyata sedari tadi Misaki duduk tanpa menyadari keberadaan teman-teman sekelompoknya. Ia juga melihat keberadaan Seishinuzuka Hinata yang duduk di sebelah Dravia.

"Haaai Jasmine~!" Ia melihat Dravia melambaikan tangannya pada Jasmine. "Aku tak melihat yang lain hanya melihat kau dan Seishin di sebelahku," jelasnya dengan menggunakan isyarat tangan dan mulut. Jasmine mengangguk mengerti dan melambaikan tangan pada seseorang yang ditunjuk Dravia. Puh, ingin rasanya Misaki melempari Dravia dengan segumpal kertas di dekat bangkunya, sekedar ingin memberitahunya bahwa ia, yang juga rekan sekelompoknya, juga ada di kelas Cakra. Tapi hei, buat apa? Dia 'kan sedang berusaha jadi anak yang anteng. Ha-ha!

“...Sekarang patuhi perintahku. Semuanya ambil sikap meditasi, atur pernapasan, jangan bersuara, setelah itu pejamkan mata. Lakukan sekarang."

"...Konsentrasi, kenali diri kalian, kemampuan, kelemahan, jujurlah, jangan jadi orang yang sombong..." 

Menelengkan kepala sekali, Misaki lalu mencoba melakukan apa yang diperintahkan WKA barusan. Meditasi.

Dalam diam ia mencari apa kemampuan dan kelemahannya. Ia sesosok soul, maka ia mampu menembus dinding. Eh, tapi itu bukan kemampuan. Itu suatu kewajaran. Sedangkan kelemahannya adalah...

“Kelemahan, ya? Kelemahanku adalah, aku bukan manusia. Aih, sedihnyaaaa..." racau Misaki pelan.

Tapi, itu juga bukan kelemahan. Itu kewajaran. Maka ia kembali bermeditasi, tak memedulikan apapun di sekitarnya. Ia bahkan tak mengacuhkan semerbak bau tak sedap yang entah darimana asalnya.

“Aku... aku mantan performer, jadi mestinya aku mampu menghibur orang-orang. Aku manis dan periang, perfeksionis dan pekerja keras, jadi mestinya aku mampu mendapatkan sesuatu dengan hasil maksimal. Sementara, kelemahanku adalah moody. Aku tidak mampu mengontrol emosi dan suka meledak-ledak. Walau kelihatannya ekstrover, aku adalah seorang introver tulen. Aku—“ hasil meditasinya buyar ketika ia mendengar suara WKA Arca yang terengah-engah. Untung saja ia berhasil mengetahui apa kelemahan dan kelebihannya.

“—Jika kalian berkonsentrasi terhadap kelemahan kalian, perlahan-lahan jernihkan pikiran kalian. Fokus terhadap 1 titik. Bersihkan semua pikiran yang membuat kalian tidak bisa berkonsentrasi," ujar WKA. Sembari mengatur pernapasan, beliau melanjutkan, “atur nafas kalian, pelan tapi pasti, ini akan membuat kalian rileks dan tenang. Konsentrasilah.”

Dengan segala arahan yang diberikan WKA, Misaki kembali mencoba mengambil sikap meditasi.

“Lalu rasakan aliran darah kalian, rasakan detak jantung kalian yang stabil, rasakan aliran darah itu, jangan menolak, rasakan dan ikuti kemana aliran itu berpusat. Rasakan dan ikutilah aliran darah kalian, apakah berpusat di tulang belakang, atau tenggorokan, atau di dalam lambung, ataukah di jantung. Rasakan aliran itu, jika sudah terasa maka ikutilah terus.”

WKA Arca melanjutkan lagi, "Jika kalian menemukan titik itu, maka satukan hati dan pikiran kalian. Hapus segala ketakutan-ketakutan kalian jika berpusat pada tulang belakang, jika punya rasa bersalah jangan terlalu ditekan itu jika berpusat pada tenggorokan, jika di lambung, hilangkan rasa malu yang ada di dirimu, dan jika berpusat di jantung maka lepaskan kesedihan-kesedihanmu. Lepaskan rasa-rasa yang membuat kalian gelisah. Jujurlah pada diri kalian sendiri”.

Bersamaan dengan itu, Misaki melihat kepingan-kepingan memori. Ulang tahunnya yang ke-12. Pembunuhan yang menimpa dirinya. Rasa dingin juga perih yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Warna merah gelap yang menghiasi kaus gombrang putihnya. Ekspresi mengejek sang pembunuh padanya...

Misaki berseru tertahan. Perlahan dibuka kedua matanya yang terpejam, sembari berharap ngilu di jantungnya (walau ia tidak yakin mengapa ia masih bisa merasa ngilu) berangsur-angsur hilang. Ia kemudian memperhatikan botol bening berwarna emas keperakan di tangan WKA yang entah apa isinya.

““Baiklah, dengarkan aku. Jenis cakra yang kalian miliki itu berpusat pada titik-titik yang kalian dapatkan selama meditasi singkat. Termasuk sangat luar biasa sekali kalian bisa mengetahui dimana pusat cakra kalian. Mungkin beberapa dari kalian berpusat di jantung, itu menandakan kalian memiliki cakra angin. Jika berpusat di tulang belakang, kalian memiliki cakra bumi. Jika di lambung, maka cakra api, dan tenggorokan adalah tempat cakra air. Tapi ingat kalian hanya masih menemukan dan mengaktifkan saja. Kalian belum bisa memakai cakra kalian." Jelas WKA Arca yang kemudian memperlihatkan botol di genggamannya.

"Oke, baiklah. Apa kalian melihat warna perak keemasan di dalam botol ini? Di dalam botol ini ada sebuah larutan yang bernama TWIFL. Ini dipakai bangsa kami untuk mengaktifkan cakra kami sejak lahir. Singkatnya, kalian bisa melancarkan cakra kalian jika diberi 3 tetes TWIFL. Instan tanpa berlatih dahulu. Tapi, karena kalian masih di level 0, maka kalian hanya akan kuberikan setetes saja. itu untuk melihat seberapa besar hasil meditasi kalian.”

Lagi, Misaki bertanya-tanya apa itu TWIFL dan terbuat dari apa cairan tersebut. Beruntung, WKA segera melanjutkan penjelasannya.

"TWIFL adalah semacam sesuatu, berwarna, tidak berbentuk cair, hampir mirip serbuk cahaya yang melayang, namun bisa berbentuk cairan jika tidak benar dalam membuatnya. TWIFL bisa digunakan juga dalam membuat portal. Nah, kalau kalian sudah level berikutnya, akan kuberitahu bahan-bahan TWIFL. Untuk saat ini masih rahasia. Baiklah, kalian berjejer dan buka telapak tangan kanan kalian, akan kuberikan setetes TWIFL. Sesuatu ini perlahan-lahan akan menjadi bentuk dari cakra kalian, hati-hati karena bisa berbahaya kalau kalian tidak mengontrol pasokan cakra kalian. Konsentrasi juga agar kalian bisa membawanya ke kamar kalian”. Jelasnya lagi sambil membuka tutup botol berisi TWIFL itu."
Mengikuti yang lain, Misaki yang sepertinya sudah mengetahui apa cakranya segera masuk dalam antrian. Ia, seperti yang lain, juga ingin mendapatkan cairan TWIFL itu.

Sesaat setelah mendapat setetes TWIFL, cairan itu berubah menjadi pusaran angin kecil di telapak tangannya yang transparan. Terkaget, hampir saja Misaki menepuk pusaran angin kecil itu dengan tangan kirinya yang bebas. Namun teringat pesan WKA sebelum ia meninggalkan ruangan, ia menjaga pusaran angin itu tetap terbentuk sampai ia berhasil tiba di kamarnya, kamar no. 6 Asrama Sunrise.


Comments