Skip to main content

(Sepertinya Memang) Skizoid

Mungkin saya aneh, tapi saya adalah orang yang percaya bila (hampir) setiap orang hidup dengan satu/ lebih gangguan psikologis. Gangguan tersebut bisa berbentuk gangguan jiwa, gangguan persepsi, gangguan perhatian, gangguan mengingat, gangguan orientasi, gangguan berpikir, gangguan emosi, gangguan kesadaran, gangguan psikomotor, dan gangguan kepribadian. Dan saya adalah satu dari sekian banyak orang yang hidup dengan kesehatan psikologis yang terganggu.

Kenapa saya bilang psikologis saya terganggu?
Mungkin saya tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan ini, tapi dari sekian banyak tindakan dan dosa sosial yang selama ini saya lakukan, saya yakin ada sesuatu yang salah dalam diri saya.

Kapan saya sadar kalau psikologis saya terganggu?
Kelas X, atau kelas satu SMA. Saat itu saya mengidap psikosomatis selama tiga bulan dan depresi ringan.

Kenapa saya menduga saya mengidap skizoid?
Awalnya saya sendiri tidak berpikir saya mengidap skizoid. Selama ini saya lebih yakin kalau saya mengidap avoidant personality disorder atau gangguan kepribadian menghindar. Itu karena ciri-ciri gangguan kepribadian ini sesuai dengan kondisi saya.


Berdasarkan dsm-iv-tr, kriteria dari avoidant personality disorder adalah sebagai berikut:
  • Penghindaran terhadap kontak interpersonal karena takut kritik dan penolakan
  • Ketidakmampuan untuk terlibat dengan orang lain kecuali ia merasa yakin akan disukai atau diterima. 
  • Kekakuan dalam hubungan yang intim karena takut dipermalukan atau dicemooh. 
  • Perhatian yang berlebihan terhadap kritik atau penolakan. 
  • Perasaan tidak mampu. 
  • Perasaan inferior. 
Seiring berjalannya waktu, saya merasa bukan APD yang saya idap. Apalagi saya tidak merasa enggan untuk mencoba hal baru, juga tidak memberi perhatian lebih terhadap kritik. Saya tetap hidup seperti manusia kebanyakan, hanya saja saya sering merasa lelah bila harus melakukan kegiatan yang memerlukan keterampilan interpersonal.

Setelah saya mencari beberapa referensi, ternyata otak saya 'digiring' untuk mempercayai fakta baru: kemungkinan kuat saya mengidap skizoid.

Apa itu skizoid?
Menurut Baihaqi, dkk. (2007: 34), skizoid adalah gangguan kepribadian dengan sifat-sifatnya antara lain pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri, menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh (eksentrik). Pemikirannya autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidakmampuan menyatakan rasa permusuhan.

Sepertinya skizoid dan APD tidak jauh beda. Kenapa saya lebih yakin kalau saya mengidap skizoid, bukannya APD?
Walaupun pengidap APD dan skizoid adalah orang-orang yang terisolasi (lebih tepatnya mengisolasikan diri, sih), tapi pengidap skizoid masih memiliki minat sosial.

Apa ciri-ciri skizoid lainnya yang mirip dengan kondisi saya sekarang ini?
  1. Wajahnya jarang menampilkan ekspresi emosional, jarang tersenyum atau memberi salam kepada orang lain. 
  2. Tidak terpengaruh dengan kritik atau pujian.
  3. Emosinya tampak dangkal atau tumpul dalam skala rendah dari skizofrenia.
  4. Jarang berinisiatif mengembangkan ikatan emosionalnya dengan pasangan. (Dan inilah kenapa saya memilih single)
  5. Adanya kesenjangan antara penampilan luar dan inner life. Misalnya terlihat tidak minat secara seksual tapi memiliki ketertarikan terhadap pornografi. (Errr... saya punya sedikit ini.)
  6. Memiliki sensitivitas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam pada orang lain dan harapan akan cinta yang tidak dapat diekspresikan.
  7. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat pertama.
Saya menyesal karena mengakui poin ketujuh. Selama hidup saya, saya memang tidak punya siapapun yang bisa saya percayai, yang bisa saya curhati sesuka hati. Kecuali kakak. Meskipun sekarang saya punya tiga teman baik di dunia perkuliahan, tapi saya tidak bisa 100% menyamakan kedudukan mereka dengan kakak. Padahal saya selalu berkata dalam hati bahwa mereka adalah "orang-orang terbaik dalam hidup saya" (saya kesulitan menyebut kata "sahabat", sebagai gantinya saya selalu berkata "orang-orang terbaik").


Semoga ketiga teman baik saya tidak marah saat membaca entri ini. 


Satu yang masih dipertanyakan, dengan semua ciri-ciri ini, haruskah saya pergi dan berkonsultasi dengan psikiater? Karena sepertinya saya butuh diyakinkan, walau saya tidak yakin saya bisa ikut perawatan untuk mendapatkan kejiwaan yang sehat.



______________________________
1.) sumber bacaan online langsung di-hotlink ke situs sumbernya.
2. ) Baihaqi, MIF, dkk.. (2007). Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan. Bandung: Refika Aditama.

Comments